Jakarta – Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap atau yang biasa dikenal dengan sebutan panel surya di Indonesia diprediksi bakal meningkat pada 2020 mendatang.
“Untuk 2020, yang positif itu untuk solar PV rooftop (panel surya), picking up nya mulai dari rumah tangga sampai industri,” ujar Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa di The Energy Building, SCBD, Jakarta, Selasa (17/12/2019).
Untuk bangunan rumah saja, Fabby menyebut permintaannya bisa mencapai lebih dari 655 Mega Watt (MW).
“Untuk bangunan rumah saja mencapai 655 MW,” ucapnya
Baca juga: Pabrik Solar Cell Rp 1 T Mau Dibangun di Subang
Sehingga, bila ditotal dengan bangunan industri dan komersial, Fabby optimistis penyerapannya bisa mencapai 12-15 Giga Watt (GW).
“Tahun depan itu perkiraan kasarnya untuk komersial dan industri itu bisa di atas 300 MW. Karena beberapa industri besar sudah punya rencana memasang 5 MW, 7 MW, hingga 10 MW. Di Jawa Tengah, beberapa industri besar sudah mengatakan mau pasang gitu. Itu sinyal yang bagus,” tuturnya.
Hal ini memungkinkan sebab karakteristik energi terbarukan satu ini tergolong mudah untuk diaplikasikan.
“Kalau kita lihat, dia itu punya kateristik modular, teknologinya gampang diakses, dan bisa diaplikasikan dalam skala kecil, artinya ada potensi yang besar di rumah tangga, bangunan rumah, bangunan komersial, lalu juga industri,” tuturnya.
Baca juga: Setelah 74 Tahun, Akhirnya Warga Long Midang Bisa Nikmati Listrik
Revisi Peraturan Menteri ESDM nomor 13/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM nomor 49 tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dinilai turut berpengaruh.
“Dengan revisi peraturan Menteri ESDM yang berkaitan dengan SLO (Sertifikat Laik Operasi) dan Capacity Charge (biaya kapasitas), kami melihat industri mulai bergairah untuk memasang, karena mulai masuk ke ekonomiannya. Jadi kita lihat untuk industri ini mereka mulai naik terus,” tutupnya.
Sumber : detik.com